Mungkin kita sudah akrab dengan perseteruan antara Indonesia dengan Malaysia. Tetapi tahukah anda? perseteruan antara Indonesia dengan Malaysia telah terjadi jauh sebelumnya, yaitu pada era Presiden Ir. Soekarno.
Bung Karno, yang kita kenal sebagai sosok pemimpin yang tegas, tidak akan pernah membiarkan bangsa Indonesia di ‘injak-injak’ oleh bangsa lain. Salah satunya adalah Malaysia, yang di anggap oleh Bung Karno telah mengusik Indonesia. Tepat pada tanggal 20 Januari 1963, Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Ir. Soekarno mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia karena Bangsa ini tidak terima dengan tindakan demonstrasi anti-Indonesia yang menginjak-injak lambang negara Indonesia, Garuda.
Konyol rasanya, bila seseorang bermusuhan dengan orang lain tetapi tidak mempunyai alasan kenapa ia memusuhinya. Dan saya katakan sekali lagi saudara-saudara, bahwa Indonesia melalui Ir. Soekarno mengambil sikap bermusuhan terhadap malaysia karena Bung Karno telah mengetahui sepak terjang Malaysia ataupun negara lain seperti Inggirs, Amerika & Australia.
Apakah kita sebagai bangsa yang merdeka rela untuk di injak-injak oleh negara lain semacam Malaysia ataupun antek-anteknya? Tentu tidak saudara-saudara, kita tidak ingin itu terjadi, begitu pula dengan Bung Karno. Dalam beberapa pidatonya Bung Karno telah dengan tegas menyampaikan hal tersebut & berikut ini salah satu pidato Bung Karno tentang Malaysia :
HAI engkau Malaysia, apa konsepsi yang engkau berikan kepada umat manusia, apa konsepsi yang engkau berikan kepada rakyat di Kalimantan Utara? Atau rakyat di Malaya atau rakyat di Singapura? Apa konsepsi yang engkau keluarkan? Republik Indonesia tegas mengeluarkan konsep, PANCASILA !
Malaysia adalah suatu negara kalau boleh dinamakan negara TANPA KONSEP. Suatu negara tanpa ideologi.
Malaysia apakah negara berdikari? Sama sekali tidak. Kalau mau pertahanan tidak berhenti-berhenti, hai minta tolong Inggris, minta tolong Australia, minta tolong New Zealand.
Hai Inggris kalau betul-betul engkau anggota commonwealt, tolonglah kepada kami. H`i Australia kalau betul-betul engkau anggota commonwealt, tolonglah kepada kami. Hai New Zealand kalau betul-betul engkau anggota colmonwealt, tolonglah kepada kami. Mana itu berdikarinya, sama sekali tidak ada!
TEKS PIDATO SOEKARNO
“Dilaporkan kepada saya bahwa Radio Kuala Lumpur berkata, ’Ooh, Republik Indonesia, Presiden Soekarno, aaah… Sekarang sudah nggak ada artinya! Nggak ada orang yang mau dengar, nggak ada orang yang mau ikut.’ Apa benar demikian Saudara-saudara? Saya ini baru pulang dari luar negeri dan saya bisa berkata pada Saudara-saudara, Belum pernah! Nama Republik Indonesia, begitu tingginya, seperti mercusuar, daripada umat manusia di dunia ini, terutama sekali, di dalam kalangan New Emerging Forces. Satu bukti bahwa dunia mendengarkan Republik Indonesia. Bahwa dunia menerima, merasa menerima dari Republik Indonesia itu konsepsi-konsepsi.
Kuala Lumpur berkata, ’Dok, Republik Indonesia sekarang sudah jatuh dia punya nama. Nggak ada lagi orang yang mendengarkan Republik Indonesia, nggak ada orang lagi yang mendengarkan Presiden Soekarno. Apa benar demikian, Saudara-saudara? Merasa mampu, Kuala Lumpur?! Tantang pada Malaysia! Heh, engkau Malaysia! Apa konsepsi yang engkau berikan kepada umat manusia?! Apa konsepsi yang engkau berikan kepada rakyat di Kalimntan utara? Atau rakyat di Malaya? Atau rakyat di Singapur? Apa konsepsi yang kau keluarkan?!
Republik Indonesia tegap, mengeluarkan konsepsi. PANCASILA, MANIPOL USDEK, BERDIKARI, TRISAKTI, NASAKOM! Dan ini semuanya, Saudara-saudara, saya lihat di Ca’iro (Kairo), wuduhhh, dikagumi oleh rakyat di sana. Berdikari. Tempo hari saya nyatakan, bahwa justru di Afrika Saudara-saudara, mereka berkata, ” Perkataan Presiden Sukarno bahwa The Crowning of Independence is not the membership of The United Nations, but the evenity to stand in our own feet “. Mereka orang Afrika dan orang Mesir berkata, ” It’s arrenk! it’s arrenk through Afrika! “. Arrenk itu artinya menggelegar, menggelegar seperti gledek mengampar-ampar, Saudara-saudara! Demikian pula tatkala saya berkata beberapa tahun yang lalu, “GO TO HELL WITH YOUR AID!!!”. Pada waktu itu orang Afrika juga berkata, ” It’s arrenk through Africa!”. Saya tanya sekarang kepada Malaysia; Apa? Apa suaramu yang membuat rakyat-rakyat di lain negara merasa arrenk, merasa menggelegar? Tidak ada! Malaysia adalah satu negara, kalau boleh dinamakan negara tanpa konsepsi. Satu negara tanpa Ideologi, satu negara yang kosong melompong! Bahkan tempo hari sudah saya katakan, satu negara yang diadakan untuk Overhold The Chinesse Elemet In Malaysia. To Overhold! Untuk mengetemkan rakyat di sana yang asal dari Tiong Hoa. Dikeluarkan, dengan rakyat yang asal dari Melayu. Kita tidak, Saudara-saudara! Kita adalah satu negara yang mempunyai ide, mempunyai ajaran, mempunyai agama, sebab kalau dikatakan agama enggak boleh, memang tidak boleh. Paham itu: Indonesia mempunyai Pancasila, memberikan Pancasila kepada dunia. Indonesia mempunyai Manipol-Usdek, memberikan Manipol-Usdek kepada dunia; Indonesia mempunyai Trisakti, memberikan Trisakti kepada dunia; Indonesia mempunyai Nasakom, Memberikan Nasakom kepada dunia; Indonesia mempunyai Berdikari, memberikan ide Berdikari kepada dunia!
Kemarin dulu, di Bogor saya katakan: Justru ide Berdikari inilah membikin kaum imperialis gemeter. Jikalau, konferensi AA yang kedua bisa terjadi, karena mereka yakin, lain kali, kalo konperensi AA kedua terjadi di Aljazair, dan di situ Indonesia menganjurkan BERDIKARI, BERDIKARI, BERDIKARI kepada seluruh rakyat-rakyat Asia dan Afrika. Aku berkata di Bogor, “Lonceng kematian imperialisme berbunyi.” Sebab inti daripada imperialisme ialah membuat bangsa-bangsa enggak berdiri di atas kaki sendiri. Prinsip – inti daripada imperialisme adalah membuat bangsa-bangsa memerlukan barang-barang bikinan imperialis, memerlukan persenjataan daripada pihak imperialis, memerlukan bantuan daripada pihak imperialis. Malaysia, apakah engkau Berdikari? Sama sekali tidak! Kalau mau pertahanan tidak berhenti-berhenti, ‘oy minta tolong Inggis, minta tolong Australi, minta tolong New Zealand.’ Heeeh, kalau betul-betulan kau anggota commonwealth, tolonglah kepada kami. Hey Australie kalau betul-betul kau anggota daripada commonwealth, tolonglah kepada kami. Hey New Zealand, kalau betul-betul kau anggota daripada commonwealth, tolonglah kepada kami! TOLONG, TOLONG, TOLONG! Manakah Berdikari-nya saudara-saudara? Sama sekali tidak ada!
(Suara Tepuk Tangan Menggemparkan)
Sebaliknya kita, kita ini sekarang sedang dikepung, Saudara-saudara. Malaya itu, Singapur, adalah suatu basis sebetulnya saudara-saudara, daripada kekuatan militer Inggris. Kalimantan Utara basis daripada kekuatan militer Inggris! Dan saya beritahu kepada Saudara-saudara, Inggris sekarang hendak memperkuat juga pulau di selatan kita. Di jadikan juga basis yang kuat. Jadi, utara kita dikepung, selatan kita dikepung. Tapi kita tidak minta tolong kepada negara lain, bangsa lain. ‘Heey, kamu dikepung, minta tolong?’ Tidak!
Kami malah akan berkata biar sampai kompang kamping diserbu Indonesia, tak hancur lebur sama sekali! Betul, sana hendak sedang mengepung kita sama sekali, dari utara, dari selatan, nah kita sebagai rakyat yang minta tolong, terus terang saja Saudara-saudara, kita mengasah, apa namanya – kita mengasah kita punya dada, kita menggembleng kita punya gada, kita mengglembeng kita punya limpung! Beberapa hari yang lalu, sudah saya mengadakan pertemuan, dengan Pak Jendral Nasution, dengan Pak Oemar Dhani, dengan Pak Martadinata, dengan Pak Yamin, dengan Pak Sucipto. Mari kita sempurnakan kita punya pertahanan, oleh karena kita ditolong! Dan sekarang, Saudara-saudaha, sudah! Konsepsi baru daripada pertahanan ini, sudah selesai! Dan dengan konsepsi baru itu kita berkata, ’Hayooh pakarmu maju kabeh, kita tidak akan mundur, kita tidak akan berpisah sama yang lain!!!’
(Suara Tepuk Tangan Riuh)
Kita bisa menjadi bangsa yang besar.
Itulah beberapa petikan pidato Presiden Soekarno tentang Malaysia dengan gelegar mengobarkan semangat rakyat. Ditengah karut-marut dan pergolakan hubungan Indonesia-Malaysia, sepertinya masih relevan kita mendengarkannya kembali. Silahkan mendengarkan pidato Bung Karno dengan meng-klik video/audio di atas tentang Negara Tanpa Konsep, alias Malaysia!