Judul buku : Runtuhnya Hindia Belanda
Penulis : Onghokham
Penerbit : PT Gramedi Jakarta
Tebal Buku : 291 Halaman
Sinopsis : Saya memilih untuk menulis resensi “runtuhnya hindia belanda” karena buku tersebut adalah skripsinya saat dia menjadi mahasiswa jurusan sejarah Universitas Indonesia. Onghokham menggunakan paradigma historiografi kolonial—penulisan sejarah yang dilihat dari sudut “nederlandocentris”—bukan penulisan sejarah indonesia dari sudut indonesia centris yang lebih sering digunakan. Didalamnya banyak sekali info (fakta) sejarah yang (hampir) tidak pernah dibicarakan dalam pelajaran sejarah, seharusnya buku ini jadi bacaan wajib para pelajar Indonesia. Bagian terakhir dari buku ini sangat sangat sangat menarik karena Onghokham memberikan kronologi hari-hari terakhir pemerintah hindia belanda berkuasa dengan gaya bercerita yang dramatis.
Salah satu hal yang saya ketahui bahwa indonesia dijajah belanda bukan selama 3,5 abad tetapi sekitar seratus tahun lebih, indonesia secara resmi dijajah pemerintah hindia belanda tahun 1930 (pemberlakuan taman paksa oleh gubernur jenderal van de bosch) sampai tahun 1942—pemerintah hindia belanda menyerah kepada jepang. Namun menurut Onghokham, sejak 1942, indonesia dapat dikatakan selalu dalam keadaan “vivere pericoloso” atau transisi, revolusi, perang saudara, konfrontasi dengan belanda tentang irian, inflasi, konfiskasi milik belanda yang berarti pengambilalihan ekonomi kolonial ke tangan indonesia dengan segala akibatnya, seperti inflasi, pemotongan uang (sanering) dan lain sebagainya. Keadaan ini mungkin akan berlaku sampai 1972 (oil boom prices).
Buku ini secara jelas banyak membahas mengenai menyerahnya belanda kepada Jepang pada bulan Maret 1942 teah dianggap sebagai titik terakhir dari kekuasaan kolonialnya di Indonesia yang telah berlangsung selama tiga abad. Namun tanpa peristiwa itu pun, sesungguhnya awal dari proses runtuhnya kekuasaan colonial Belanda di Indonesia telah Nampak sejak permulaan abad ini ketika benih-benih nasionalisme Indonesia modern mulai menampakkan dirinya. Proses itu makin nyata pada pertengahan tahun 1920-an hingga awal tahun 1940-an dengan munculnya aspirasi dan gerakan-gerakan nasionalis yang dengan tegas menuntut kemerdekaan Indonesia. Situasi Internasional yang ditandai oleh Perang Dunia II, melalui dimana Jepang mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia selama tiga setengah tahun, hanyalah merupakan factor yang mempercepat proses keruntuhan tersebut yang sudah berakar jauh sebelumnya.
Dalam buku ini, DR. Onghokham menguraikan proses tersebut dengan menganalisis berbagai factor yang mempengaruhinya, baik factor dalam negeri Indonesia maupun factor-faktor Internasional, termasuk juga perkmbangan politik di Negeri Belanda Sendiri.
Kekayaan informasi dan analisis kritis yang terkandung didalamnya, membuat buku ini perlu dibaca oleh mereka-mereka yang ingin mempelajari seuatu periode yang sangat menentukan dalam sejarah bangsa Indonesia.
Kekurangan : Yang menjadi kelemahan dalam buku ini adalah tidak ada pengantar dari orang ahli untuk menjelaskan secara singkat mengenai isi dari buku ini.
Kelebihan : Yang menjadi kekuatan dari buku ini adalah buku ini memang memusatkan perhatian pada masa-masa akhir dari kekuasaan Belanda di Indonesia yaitu menjelang Perang Dunia Kedua hingga saat menyerahnya Belanda kepada Jepang di Indonesia pada bulan Maret 1942, namun sebagai latar belakang diuraikan juga situasi di Hindia Belanda sejak permulaan abad 1920 hingga akhir tahun 1930-an. Sehingga bisa memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai munculnya aspirasi-aspirasi nasionalisme Indonesia dan gerakan-gerakan nasional tahun 1920-an dan 1930-an guna mewujudkan aspirasi tersebut serta baimana “reaksi” pemerintah Hindia Belanda menghadapinya.
Kekuatan lainya adalah buku ini dilengkapi oleh gambar-gambar.
PROFIL PERESENSI
Nama : Saskia Paramitha Nugrahaeni
No.Absen : 31
Kelas : X IPS 3
Sekolah : Sma Negeri 1 Brebes