Perbedaan Antara Kurikulum Lama Dan Kurikulum Baru
Diantara kedua pola kurikulum baru dan kurikulum lama terdapat pebedaan yang cukup fundamental, antara lain sebagai berikut:
- Kurikulum berorientasi pada masa lampau, karena berisikan pengalaman-pengalaman masa lampau. Guru mengajarkan berbagai hal yang telah dalami sebelumnya. Di lain pihak, kurikulum baru berorientasi pada masa sekarang. Pengajaran berdasarkan unit atau topik dari kehidupan masyarakat serta sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.
- Kurikulum lama tidak berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas, sulit dipahami, dan tidak ada kesatuan pendapat diantara kalangan guru tentang filsafat pendidikan yang dianut tersebut. Akibatnya, setiap guru memiliki tafsiran sendiri tentang berbagai hal yang akan diajarkan kepada sisewa, sehingga pengajaran tidak konsisten dengan pngalaman yang diperlukan siswa. Di lain pihak, kurikulum baru berdasarkan pada filsafat pendidikan yan jelas, yang dpat diajarkan ke dalam serangkaian tindakan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
- Kurikulum lama berdasarkan pada tujuan pendidikan yang mengutamakan perkembangan segi pengetahuan akademik dan keterampilan, dengan mengabaikan perkembangan sikap, cita-cita, kebiasaan, dan sebaganya.“Belajar” lebih ditekankan pada unsur mengingat dan latihan-latihan belaka.Adapaun penguasaan pengetahuan dan keterampilan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh ijazah atau kenaikan kelas.Sebaliknya, kurikulum baru bertujun untuk mengemangkan keseluruhan pribadi siswa.“Belajar” bukan untuk memperoleh ijazah, melainkan agar mampu hidup didalam masyarakat.
- Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran, yang iajarkan secara terpisah.Terkadang memang diadakan semacam korelasi, tetapi korelasi tersebut hanya dilakukan diantara unsur-unsur tertentu saja dalam beberapa mata pelajaran.Gagasan untuk memadukan beberapa mata pelajaran telah ada, namun masih merupakan suat broad-field (bidang study) yang sempit.Dalam kurikulum lama, mata pelajaran hanya berfngi sebagai alat.Sebaliknya, kurikulum baru disususn berdasarkan masalaha atau topik tertentu.Iswabelajar dengan mengalami sendiri, shigga tejadi prose modifikasi dan penguatan tingkah laku melalui pengalaman denan menggunakan mata pelajaran.Oeh karena itu, kurikulum disusun dalam bentuk bidang study yang luas atau dalam bentuk integrasi dari semua mata pelajaran.
- Kurikulum lama hanya didasarkan pada buku pelajaran (textbook) sebagai sumber bahan dalam mengajarkan mata pelajaran. Meskipun buku-buku sumber tersebut sering diperbaiki, namun sering kali bahan yang terkandung di dalamnya sudah tidak up to date lagi, bahkan sering kali pemilihan bahan tidak selaras dengan filsafat an tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Berbgai permasalahan dlam masyarakat yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa pun tidak pernah disinggung.Sebaliknya, kurikulum baru bertitik tolak dari masyarakat dalam kehidupan keseharian, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat, dan krbutuhan individu.Bahkan, sumber yang paing luas adalah masyarakat itu sendiri, seangkan buku hanya menjasi sumber pelengkap.
- Kurikulum lama dkembangkan oleh masing-masing guru secara perorangan.Guruah yang menentukan mata pelajaran alam kurikulum, mereka yang mnentukan bahan dan pengalaman yang aan diajarkan, dan mereka pula yang menentukan sumber bahan.Pendek kata, berhasil atau tidaknya kurikulum tergantung pada gurur secara perorangan, atau dengan kata lain guru merupakan suatu “cardinal factor” dalam keberhasilan kurikulum sekolah. Di lain pihak, kurikulum baru dikembangkan oleh sekelompok guru secara bersama-sama atau oleh departemen tertentu. Setiap gru terikat pada konsep yang telah disusun oleh sekelompok atau departemen tersebut, dengan tidak mengurangi kebebasan guru untuk mengadakan beberapa penyesuaian dalam batas-batas tertentu.
A. Peranan Kurikulum
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Ketiga peranan inni sangat penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.
1. Peranan konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, seolah sebagai suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah lakusiswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seirinr dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara para siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting karena ikut membantu proses tersebut. Romine mengatakan bahwa:
“In sense the conservative role provides what may be called ‘social coment’. It contributes to like-mindness and provides for behavior which is consistent with values already accepted. It deals with what is someties known as the core of “relative universals”.
Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu berorientasi pada masa lampau.Meskipun demikian, peranan ini sangat mendasar sifatnya.
2. Peranan Kritis atau Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melaikan juga mnilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan membri penekanan pada unsur berpikir kritis.Niai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dimasa mendatang dihilangkan, serta diadaka modifikasi atau perbaikan.Dengan deikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mndatang. Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan semua poteni yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi mayarakat.
Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata lain terdapat keharmonisan iantara ketinganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam mebawa siswa menuju kebudayaan masa depan.
B. Fungsi Kurikulum
Disamping memiliki peranan, kurikuum juga mengemban sebagai fungsi tertentu. Alesander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1918), mengatakan bahwa kurikulum berfungs sebagai fungsi penesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi doferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
1. Fungsi Penyesuaian (The Adjstive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan.Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-masing individu dinamis pula. Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan. Disinilah letak kurikulum sebagai alat pendidikan, seingga individu bersifat well-adjusted.
2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan tehadap perbedaan diantara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orag berikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adnya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidarita sosial dan integrai, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.
4. Fungsi Persiapan (The Propadeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi ebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan stud ke sekoah yang lebih tinggi atau persiapan beajar di dalam masyarakat.Persiapan kemamuan belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apapun yang menarik perhatian mereka.
5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (diferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang saling berkaita. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya. Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem demokratis, untuk mengembangkan berbagai kemampuan ersebut, maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
6. Fungsi Dagnostik (The Diagnistic Function)
Salah satu sgi pelayanan pedidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya mealui proes eksplorasi.Selanjutnya, siswa sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan fungs diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.
Berbagai fungsi kurikulum tadi dilksanakan oleh kurikulum secara keseluruhan.Fungsi-fungsi tersebut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan dengan arah filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh institui pendidikan yang bersangkutan.
C. Kurikulum Matematika
Arti dari kurikulum matermatika menurut pandangan lama sejka zaman Yunani Kuno, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari siswa.Lebih khusus kurikulum sering diartikan sebagai isi pelajaran. Ada juga yang mengartikan kurikulum matematika sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian suatu kurikulum matematika adalah suatu kurikulum yang berhubungan dengan matematika dan cara mengorganisasikan materi matematika menggunakan jawab pertanyaan: mengapa, apa, bagaimana, dan kepada siapa matematika diajarkan disekolah( Isman N. Muhammad, 2014: 301)
Agar kurikulum dapat dilaksanakan disekolah, factor-faktor berikut ini perlu diperhatikan (Hudojo, 2005).
1. Kesatuan yang utuh. Kurikulum matematika harus disusun menurut kesatuan yang utuh; komponen-komponen yang terdapat di dalam kurikulum harus berkaitan.
2. Perumusan tujuan. Suatu program perlu ada tujuan, ujuan itu harus dirumuskan dengan jelas hingga tidak terjadi salah menafsirkan bagi pelaksanaan program pembelajaran.
3. Pemilihan dan pengorganisasian bahan-bahan. Pemilihan dan pengorganisasian bahan-bahan yang relevan bertujuan agar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Di dalam pemilihan bahan-bahan perlu diperhatikan pula arah perkembangan matematika, karena itu dalam pengorganisasian bahan-bahan harus diperhatikan:
- Perkembangan intelektual siswa
- Pengalaman belajar siswa yang lampau
- Hakikat matematika
4. Strategi penyampaian. Bahan pelajaran yang terorganisisr itu perlu disampaikan kepada siswa.Karena itu, para siswa telah sepakat bahwa siswa harus dibekali kemampuan dan keterampilan sedemikian hingga siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah dihadapi kelak nanti.
5. Keberhasilan. Dengan mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program, informasi iu dapat dipergunakan untuk umpan balik. Kelemahan-kelemahan ini segera dapat diketahui agar bisa teratasi. Dalam hal ini, penilaian dan program berjalan beriringan dengan proses pengembanga kurikulum berjalan terus secara kontinu.
Dunia pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali melakukan perubahan kurikulum khsusunya pada kurikulum matematika, hal ini dilakukan dalam rangka menyempurnakan sistem pendidikan di Indonesia. Perjalanan kurikulum pendidikan di Indonesia meliputi:
1. Kurikulum 1975
Munculnya kurikulum 1975 karena berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya.Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi.Akhirnya pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutuli kelemahan-kelemahan tersebut.
Karakteristik matematika pada saat tahun 1975 adalah:
- Memuat topik-topik dan pendekatan baru.Topic-topik baru yang muncul adalah himpunan, statistic dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non-desimal.
- Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian daripada hafalan dan keterampilan berhitung.
- Program matemtika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinu.
- Pengenalan penekanan pada struktur.
- Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya heterogen.
- Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
- Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
- Metode pembelajaran menggunakan metode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
- Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
2. Kurikulum 1984
Tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum disatu pihak dan pelaksanaan sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan taraf kemampuan anak didik. Dan , CBSA menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut. Yang menjadi perhatian dalam kurikulum ini, pada siswa SD sudah diberi materi aritmatika social.Pada siswa SMA diberi materi baru yaitu computer dan hal lainnya yaitu bahan baru yang sesuai dengan tuntutan dilapangan.
3. Kurikulum 1994
Kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas, intinya pembelajaran matematika saatt itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi.Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mapu meyelesaikan permasalahan kehiduan yang dihadapi sehari-hari.
4. Kurikulum 2004
Ttahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasi kompetensi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain:
- Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
- Mengembangkan aktifitas kreatif.
- Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
- Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan.
- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP adalah kuikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan.KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Terkait dengan pengembangan KTSP, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu:
- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
- Beragam dan terpadu,
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
- Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
- Menyeluruh dan berkesinambungan,
- Belajar sepanjang hayat,
- Seimbang anara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
- Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi (i) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, (ii) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, (iii) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.