Pada hakikatnya supervisi yang harus diterapkan di sekolah meliputi 2 (dua) macam, yaitu; supervisi akademik dan supervisi manajerial. Dua macam supervisi ini juga tergambar dalam permendiknas. Di dalam Permendikas Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah disebutkan bahwa Pengawas satuan pendidikan dituntut memiliki kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik, di samping kompetensi kepribadian, sosial, evaluasi pendidikan dan penelitian pengembangan.
Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan pendidikan nasional. Adapun supervisi akademik esensinya berkenaan dengan tugas pengawas untuk membina guru dalam meningkatkan mutu pembelajarannya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Supervisi klinik, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richarct Weller di Universitas Harvard pada akhir dasa warsa lima puluh tahun dan awal dasawarsa enam puluhan dan rekan-rekannya di Harvard School of Education. Titik tekan supervisi ini adalah pada pendekatan yang diterapkan bersifat khusus melalui tahap tatap muka dengan guru pengajar.
Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinik. Pertama, pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara berhati-hari melalui pengamatan dan analisis ini, supervisor pengajaran akan mudah mengembangkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran. Kedua, guru-guru yang profesionalnya ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yang kolegial daripada cara yang outoritarian.
Saat ini jenis supervisi yang menekan dan mendekati inspeksi kurang relevan untuk diterapkan. Supervisi yang dikehendaki merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang akhirnya benar-benar memberikan masukan positif terhadap kinerja guru.
Ketika jenis supervisi ini diterapkan, awalnya digunakan pada supervisi pengajaran terhadap calon guru yang sedang berpraktek mengajar. Dalam supervisi ini ditekanan pada klinik, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan tatap muka antara supervisor dan calon guru yang sedang berpraktek. Menurut Cogan, supervisi klinik pada dasarnya merupakan pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya didesain dengan praktis secara rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data serta hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar program prosedur dan strategi pembinaan perilaku mengajar guru dalam mengembangkan belajar murid-murid.
Pada hakikatnya supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran atau akademik, hanya saja dalam superivisi klinik ini lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan dan kekurangan tersebut. Dalam jenis supervisi ini ada proses bimbingan yang bertujuan membantu mengembangkan profesional guru dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku.
Secara bahasa klinik merupakan organisasi kesehatan yang bergerak dalam penyediaan pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis dan pengobatan). Hal ini sama dengan proses diagnosa penyakit pada diri seseorang oleh dokter. Ketika dokter menghadapi pasien, dokter tidak terburu-buru memberikan resep atau obatnya. Mula-mula dicari terlebih dahulu sebab-sebab dan jenis penyakitnya dengan jalan menanyakan kepada pasien. Pertama-tama pasien ditanya: apa yang dirasakannya? Di bagian mana dan bagaimana rasanya? Ada pertanyaan yang berhubungan dengan penyakit atau kondisi pasien yang telah dan sedang dialami.
Setelah dokter mendapatkan gambaran yang jelas sebab dan kondisi pasien, kemudian dokter memberikan saran atau pendapat bagaimana sebaiknya agar penyakit itu tidak semakin parah, dan pada waktu itu pula dokter berusaha memberi obat atau resep obatnya. Richard Waller memberikan definisi supervisi klinik sebagaimana dikutip Ngalim mengatakan bahwa supervisi klinik adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional.
Sedangkan Platt-Koch membatasi tujuan supervisi klinis sebagai memperluas basis pengetahuan terapis, membantu dalam mengembangkan kemampuan klinis, dan mengembangkan otonomi profesional praktisi. Butterworth dan Faugier menggambarkan supervisi klinis sebagai proses memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi dan profesional. Mereka menekankan bahwa tidak melibatkan hukuman tetapi peluang untuk pengembangan.
Dari beberapa pendapat di atas kiranya dapat dianalisis bahwa supervisi klinis adalah salah satu jenis pendekatan supervisi akademik yang di dalamnya terdapat pertemuan langsung antara supervisor dan guru. Dan supervisi ini menjadi tindak inspeksi. Pendekatan ini difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata. Seluruh aktivitas ini bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional atau suatu proses memahami, mencegah dan memulihkan keadaan guru ke ambang normal.
Singkatnya supervisi klinis memberikan bantuan pada guru yang mengalami masalah dalam proses pembelajaran. Selain itu, pendekatan supervisi ini juga bisa dimaknai dengan klinik pengajaran. Klinik pengajaran adalah tempat di mana guru didiagnosa tentang praktik mengajarnya sebagaimana orang sakit didiagnosa sakitnya oleh dokter.