Mutu pendidikan dapat dilihat dari tingkat keberhasilan sekolah dengan tidak mengesampingkan peran masyarakat untuk menilai hal tersebut. Keberhasilan sekolah dapat dilihat pada hasil nilai Ujian Akhir Nasional yang dicapai siswa dalam mengikuti tes evaluasi tahap akhir. Bila nilai Ujian Akhir Nasional itu baik serta sebagian besar siswanya diterima di sekolah negeri pada jenjang sekolah yang lebih tinggi, maka sekolah itu dinilai sebagai sekolah yang berhasil.
Selain itu, sekolah yang ditunjang dengan kegiatan-kegiatan menonjol seperti olahraga, kesenian, lomba mata pelajaran, kepramukaan dan sejenisnya yang sering mendapat prestasi, juga mendukung penilaian masyarakat akan keberhasilan tersebut.
Di Sekolah juga terdapat berbagai kegiatan yang bersifat keorganisasian seperti Organisasi Intra sekolah (OSIS), Praja Muda Karana (Pramuka), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) juga ekstrakulikuler yang bersifat kebugaran jasmani seperti olahraga, basket, volly, futsal dan masih banyak lagi yang secara keseluruhan menuntut peran serta aktif siswa-siswi untuk terlibat didalamnya, tentunya diluar jam pelajaran yang telah ditentukan.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pelengkap dari kurikulum, yang dalam pelaksanaannya setiap siswa diberi keleluasaan untuk memilih kegiatan sesuai dengan minat dan bakatnya. Kegiatan Organisasi merupakan kegiatan yang dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut.
Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan organisasi dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Kegiatan organisasi yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat mengembangkan potensi, minat dan bakat.
Pengertian organisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, “organisasi adalah kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. Kegiatan organisasi itu sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan tersebut harus dikelola dan diorganisir sebaik-baiknya oleh siswa di bawah pembinaan atau bimbingan guru agar tujuan-tujuan yang telah direncanakan dalam setiap jenis kegiatan dapat tercapai.
Menurut pendapat Amal dalam Cahyandaru (2013) kegiatan organisasi di sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, dan dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah.
Namun, tak jarang juga dari beberapa siswa yang terlibat dalam suatu organisasi mengalami kesulitan mengatur waktu antara kepentingan akademik dan organisasi sehingga prestasi belajar menurun. Masalah yang sering dihadapi oleh siswa yang aktif dalam kegiatan organisasi adalah sebagai berikut, (1). Kurang pandainya siswa membagi waktu dengan baik untuk belajar, sehingga ada mata pelajaran tertentu yang tidak dituntas, (2). Siswa lebih cenderung mengutamakan kegiatan organisasi daripada belajar didalam kelas, (3). Beberapa siswa cenderung merasa malas dalam belajar dikarenakan kondisi fisik yang lelah, (4). Siswa menjadi sangat kritis dikelas meski untuk hal-hal yang tidak perlu dikeritisi dan (5). Siswa menjadi lebih sulit untuk diatur.
Selain dari pada keaktifan organisasi, pada prinsipnya ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, misalnya : motivasi, minat, intelegensi, sikap, cara belajar dan lain-lain.
Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya : keadaan sosial ekonomi, lingkungan sosial, sarana dan prasarana, guru, kurikulum dan sebagainya. Salah satu faktor yang terpenting dalam pencapaian prestasi belajar adalah motivasi.
Hal itu sesuai dengan apa yang dingkapkan oleh Syah dalam Fahlevie (2014) mengemukakan bahwa segala bentuk lingkungan sosial yang ada, memberi pengaruh terhadap aktifitas belajar siswa, salah satunya yaitu pergaulan dengan teman-teman sebaya kaitannya terhadap interaksi antar anggota organisasi.
Kegiatan organisasi merupakan salah satu faktor eksternal yang berhubungan dengan motivasi belajar. Sehingga keaktifan organisasi mempunyai kaitan erat dengan motivasi belajar. Slameto dalam Fahlevie (2014) mengemukakan kegiatan siswa dalam bermasyarakat dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadiannya.
Namun apabila siswa berpartisipasi pada bagian yang terlalu banyak seperti berorganisasi, keagamaan, kegiatan sosial dan lain sebagainya, maka belajarnya akan terganggu. Keaktifan organisasi juga melibatkan orang lain sebagai teman kerja dalam berorganisasi dan juga teman dalam belajar serta bergaul.
Slameto dalam Fahlevie (2014) menambahkan bahwa teman bergaul memberi pengaruh terhadap diri siswa, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sehingga, berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa bergaul dalam lingkungan organisasi juga memiliki pengaruh terhadap baik buruknya prestasi belajar yang siswa raih.
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi erat hubungannya dengan motivasi belajar siswa. Melalui kegiatan organisasi siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas dan biasanya yang membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan organisasi adalah guru bidang studi yang bersangkutan.Melalui kegiatan organisasi juga dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki.
Salah satu ciri kegiatan organisasi adalah keanekaragamannya, hampir semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan organisasi. Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti organisasi dan berdampak pada motivasi belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan organisasi yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang aktif dalam kegiatan organisasi akan terampil dalam berorganisasi, mengelola, memecahkan masalah sesuai karakteristik organisasi yang digeluti.