NBA Draft adalah event musiman untuk memasukkan pemain-pemain dari kompetisi lain ke kompetisi tertinggi di NBA. Umumnya pemain yang memenuhi syarat kualifikasi sebagai draft adalah pemain-pemain muda yang berada di liga kampus NCAA. Namun banyak juga pemain dari kompetisi lain yang ikut berpartisipasi dalam event drafting ini.
Ja Morant & Zion adalah pemain freshman di kelas NBA Draft 2019 |
Tiap tim akan mendapatkan jatah 2 pick tiap musimnya, yakni 1st round pick dan 2nd round pick. Tiap pick adalah aset bagi tim yang bisa ditukar, ditrade, ataupun dijual secara cash. Tiap tim dapat mengumpulkan sebanyak mungkin pick, namun mengingat tiap tim punya jumlah maksimal slot pemain, maka tidak akan semua pick bisa didraft.
Untuk first round pick, biasanya dihuni oleh pemain-pemain bertalenta besar dengan proyeksi menjadi bintang baru NBA di masa mendatang. Untuk seorang talent, biasanya mereka bisa mengikuti dan terpilih meski baru masuk kelas freshman atau tahun pertama di kampus. Sementara untuk pemain-pemain yang lebih senior, biasanya pemain tersebut kurang memiliki potensi menjanjikan, namun masih tetap diperhitungkan karena perkembangan permainannya dianggap bisa untuk bersaing di level profesional NBA.
Umumnya pemain yang lebih muda akan memiliki nilai yang lebih besar, terlebih jika pemain tersebut mendapatkan rating bintang lima dari scouters. Pemain dengan usia 18-19 tahun juga sangat menguntungkan tim yang memilihnya karena mereka bisa mengembangkan bakatnya lebih dini, serta membentuk permainannya untuk masa-masa emas di usia 25-32 tahun.
Namun seperti halnya olahraga lainnya, tidak semua talenta muda mampu beradaptasi dengan baik. Ada yang butuh bertahun-tahun untuk menjadi pemain yang mampu membantu permainan tim, serta adapun yang benar-benar gagal meskipun memiliki potensi besar dan umur yang sangat muda.
Untuk pemain yang lebih tua atau di usia 21-23 tahun, biasanya pemain-pemain ini sangat siap untuk bermain di NBA dan siap memberikan kontribusi sebagai role player. Namun kelemahannya, pemain di usia ini sudah sangat matang dan akan sangat sulit bagi tim untuk membentuk permainannya atau menambahkan perkembangan skillnya.
Freshman
Adalah pemain yang berada di tahun pertama kuliah atau di dua semester awal. Rata-rata usia pemain freshman adalah 18-20 tahun. Bakat pemain basket sudah terpantau jauh sebelum memasuki masa kuliah, seperti contohnya ketika masih berusia 10 tahun, 15 tahun hingga akhir masa SMA. Namun dikarenakan NBA tidak memperbolehkan lulusan SMA langsung main di liga profesional NBA, maka sang pemain harus menghabiskan satu tahun pertamanya untuk menimba pengalaman di liga kampus.
Dari pengalaman satu musim di kampus, para scouter tim-tim di NBA bisa melihat perkembangan pemain tersebut, yakni dari transisi permainannya ketika masih di SMA serta pada kompetisi yang lebih kompetitif di tingkat kampus. Pemain dengan bakat terbaik seharusnya mampu mendominasi kompetisi ini meski baru di tahun pertama.
Bintang-bintang besar seperti Lebron James, Kevin Durant, Kyrie Irving didraft oleh tim mereka masing-masing pada saat masih di kelas Freshman.
Sophomore
Yakni pemain yang menjalani tahun keduanya di kampus atau di liga kampus. Seperti kampus pada umumnya, selain untuk mendapatkan ilmu mata pelajaran, semakin lama menghabiskan waktu di kampus maka akan semakin berkembang permainannya.
Biasanya pemain-pemain yang baru mengikuti NBA Draft di kelas sophomore adalah mereka yang butuh pengalaman satu musim lagi untuk mendapatkan kepercayaan dirinya melangkah ke kompetisi yang lebih tinggi. Sedangkan untuk pemain Freshman yang mengikuti NBA Draft namun tidak terpilih, mereka bisa kembali ke kampus dan menjalani musim Sophomorenya untuk mematangkan permainannya dan mencoba peruntungan di tahun kedua.
Pemain-pemain dari kelas sophomore juga memiliki jumlah yang cukup banyak di tiap kelas draft. Keunggulannya dari kelas freshman tentu pengalamannya yang lebih banyak serta usia yang relatif masih muda, atau masih bisa dibentuk permainannya di tim barunya. Rata-rata usia kelas freshman yakni 19-21 tahun
Junior
Yakni pemain yang berada di tahun ketiganya di kompetisi basket kampus. Rata-rata usia kelas junior adalah 20-22 tahun dan memiliki keunggulan secara pengalaman dan kematangan bermain. Biasanya pemain untuk kelas ini sangat mendominasi di daftar second round pick. Namun ada juga yang masuk top picks karena kemampuannya yang semakin matang dan dominasi atas pemain lainnya.
Kelas junior sangat cocok bagi tim yang membutuhkan pemain dengan jaminan permainan yang matang dan stabil serta mampu memberikan kontribusi instan ke tim. Usia 21-22 tahun juga sangat ideal untuk tim karena secara growth tim hanya butuh sentuhan terakhir untuk adaptasinya ke permainan tim.
Senior
Yakni pemain yang memasuki graduation atau kelulusan di masa kuliah. Pemain di kelas ini sangat siap untuk bermain di level tertinggi, serta memiliki semua skill yang seharusnya unggul dari semua kelas. Pencetak skor terbanyak, assist terbanyak dan pemain yang dominan sangat identik di kelas ini.
Itulah kenapa bintang-bintang besar juga muncul dari kelas senior seperti Draymond Green dan Eric Paschall yang didraft oleh Golden State Warriors. Secara teknis mereka sangat unggul, namun akan sangat sulit dibentuk ulang karena mereka sudah mulai memasuki usia matang.
Rata-rata usia untuk pemain senior yakni 22-23 tahun. Dan sebagian besar mendapatkan porsi draft yang lebih rendah seperti di second round pick atau bahkan undrafted.
Bagaimana jika tak ada tim yang percaya kemampuan pemain senior? Tentu saja mereka masih memiliki banyak opsi untuk bermain di kelas profesional non-NBA. Namun tentunya mereka juga bisa menunggu atau mengambil setiap try out yang disediakan oleh tim-tim NBA selama pra musim untuk menunjukkan aksinya dan membuktikan kelayakannya bermain di level teratas.
Internasional
Banyak pemain terbaik berasal dari kelas Internasional atau di luar Amerika Serikat. Contohnya Luka Doncic, Dirk Nowitzki dan mungkin yang terbaru Lamelo Ball. Ada beberapa persyaratan khusus untuk dapat mengikuti porsi di NBA Draft. Namun biasanya pemain Internasional harus memiliki talenta yang absolut, karena akan sangat sulit bagi scouter untuk memperkirakan adaptasinya di NBA yang cenderung lebih mengutamakan kualitas individu physical.
Pemain dengan IQ tinggi serta teknik yang baik akan sangat cocok bermain di NBA, entah itu sebagai role player ataupun pemain utama di tim.
Tiap kelas memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri, tidak ada jaminan bahwa kelas tertentu memiliki pemain 100% menjadi bintang. Karena perkembangan pemain tidak bisa ditentukan hanya di kompetisi kampus saja, namun juga dengan bagaimana cara mereka beradaptasi dan berkembang di kompetisi tertinggi.