Letak kerajaan Kutai diperkirakan berada di daerah Muarakaman di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai tersebut adalah sungai yang cukup besar dan memiliki beberapa anak sungai. Lokasi pertemuan antar sungai Mahakam dengan anak sungainya diperkirakan adalah letak Muarakaman di masa lampau. Sungai Mahakam dapat dilayari dari pantai hingga masuk ke Muarakaman, sehingga sangat strategis untuk menjadi jalur perdagangan. Kemungkinan besar, itulah penyebab orang-orang dari tanah India telah hadir di sana meskipun Kutai tidak berada di jalur internasional yang telah diketahui khalayak dunia.
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian. Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada menjorok ke daerah pedalaman, menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India.
-
Awal Terbentuknya Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai pertama ini bernama Kerajaan Kutai Martadipura awal berdirinya dipimpin oleh Maharaja Kudungga bergelar anumerta Dewawarman. Nama Maharaja Kundungga ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh budaya lain.
-
Sumber Sejarah Prasasti Kutai
Keberadaan kerajaan Kutai diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa (tiang) batu berjumlah 7 buah. Prasasti Yupa ini berangka tahun 475 M (abad 5) dapat dikatakan merupakan prasasti tertua diantara prasasti prasasti yang ditemukan di Indonesia sehingga sering dijadikan sebagai acuan awal masuknya bangsa Indonesia ke dalam jaman sejarah. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta.
Dari ke tujuh buah Yupa tersebut, baru tiga buah Yupa yang dapat dibaca, yaitu:
- Berisi silsilah:
“Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas- amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.”
- Tempat sedekah:
“Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat tanah yang sangat suci “Waprakeswara”.
- Masa Kejayaan:
“Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para Brahmana”
Keterangan yang di dapat dari Prasasti Yupa ini adalah:
-
- Silsilah Raja raja kerajaan Kutai, menunjukan pada abad 5 di Indonesia telah berdiri sebuah Kerajaan yaitu Kerajaan Kutai.
- Dilihat dari namanya, Kudungga masih berbudaya Indonesia asli sehingga belum memilki kasta.
- Budaya India baru masuk ke Kutai pada masa pemerintahan Raja Aswawarman.
- Pendiri Kerajaan adalah Kudungga, dan pendiri Dinasti adalah Aswawarman.
-
Corak Kebudayaan dan Kepercayaan
Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat Kutai adalah Hindu, hal tersebut didasarkan pada keterangan yang terdapat pada Prasasti Kutai, Yaitu:
- Raja Aswawarman pernah mengadakan upacara Vratyastoma yaitu upacara pensucian diri untuk pengakuan Kasta, Kasta adalah system pelapisan Sosial pada masyarakat Hindu.
- Raja Mulawarman kerap mengadakan upacara diatas sebidang tanah Wavrakesywara yaitu tanah suci yang dipersembahkan untuk Dewa Syiwa, salah satu dewa dalam agama Hindu.
- Raja Mulawarman kerap mengadakan selamatan dengan mempersembahkan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang merupakan binatang yang disucikan oleh umat Hindu, Kaum Brahmana adalah salah satu kasta umat Hindu.
Tetapi di luar golongan brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya.
-
Sistem Ekonomi
Kehidupan ekonomi di kerajaan Kutai tergambar dalam salah satu Yupa dalam prasasti Kutai, yang isinya, seperti berikut ini:
“(Tugu ini ditulis untuk (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh sang Mulawarman yakni segunung minyak, dengan lampu dan malai bunga)”
Berdasarkan isi salah satu Yupa tersebut dapat disimpulkan beberapa kegiatan ekonomi yang dikembangkan masyarakat Kutai yaitu antara lain:
- Pertanian
Adanya minyak dan bunga malai, kita dapat menyimpulkan bahwa sudah ada usaha dalam bidang pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Kutai.
- Kerajinan dan Pertukangan
Lampu-lampu seperti yang disebutkan dalam Prasasti Tugu dihasilkan dari usaha dibidang kerajinan dan pertukangan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bidang usaha tersebut sudah berkembang di lingkungan masyarakat Kutai.
- Pertanian dan Perdagangan
“Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api. Bertempat didalam tanah yang sangat suci Waprakeswara, buat peringatan akan kebaikan didirikan Tugu ini)”.
Kehidupan ekonomi yang dapat disimpulkan dari prasasti tersebut adalah keberadaan sapi yang dipersembahkan oleh Raja Mulawarman kepada Brahmana. Keberadaan sapi menunjukkan adanya usaha peternakan yang dilakukan oleh rakyat Kutai.
Arca-arca yang ditemukan oleh para arkeolog menunjukkan bahwa arca tersebut bukan berasal dari Kalimantan, tetapi berasal dari India. Selain itu letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
-
Sistem Pemerintahan
Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh Hindu (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam bentuk pemerintahan, yaitu dari pemerintahan suku dengan kepala suku yang memerintah menjadi kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintahan.
Dalam sistem kerajaan, raja dianggap keturunan dewa yang harus disembah oleh bawahan dan rakyatnya. Oleh karena itu raja memiliki hak untuk menyelenggarakan pemerintahan secara mutlak dan turun – temurun berdasarkan garis kasta.
Raja-Raja di Kerajaan Kutai
Berikut beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai:
- Raja Kudungga
Merupakan raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Diperkirakan Kudungga masih berbudaya Indonesia dan pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya. Dari namanya, para ahli memperkirakan bahwa ia sama sekali tidak memeluk Hindu. Barulah putranya atau kemungkinan menantunya yang bernama Aswawarman yang menjadi seorang Hindu. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.
- Raja Aswawarman
Jika pada masa Kudungga belum menganut Hindu maka barulah pada masa putranya (atau kemungkinan menantunya) yang bernama Aswawarman yang menjadi seorang Hindu. Dengan melalaui upacara vratyastoma, Di tanah Hindustan, upacara ini bertujuan memupus hukuman kepada seseorang yang membuatnya dikeluarkan dari kasta. Namun, dalam konteks kerajaan Kutai, para ahli menduga tujuan vratyastoma sedikit berbeda. Yaitu sebagai daerah yang baru menerima pengaruh Hindu, upacara tersebut ditujukan sebagai penanda seseorang memeluk Hindu sekaligus masuk kasta. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai.
- Raja Mulawarman
Merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai dan banyak disebut dalam Prasasti Kutai karena besar kemungkinan Prasasti Kutai dibuat pada masa pemerintahannya.
-
Masa Keruntuhan
Didalam sejarah disebutkan bahwa Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.