Sergiovanni mengetengahkan pendapat beberapa ahli tentang keefektifan, yaitu Etzioni dimana beliau mengatakan bahwa keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya, Steers mengemukakan bahwa keefektifan organisasi menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai, dan Tobert berpendapat bahwa keefektifan organisasi adalah kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuannya.
Karena itu, keefektifan organisasi adalah kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan harapan dan kemampuan mencapai hasil yang diharapkan.( Sergiovanni, T, J, The Princupalship Reflective Practice Perspective (Boston : Allyn Bacon, 1987) hal. 86) Generalisasi keefektifan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa organisasi akan lebih efektif apabila kelompok-kelompok informal, kebutuhan-kebutuhan individu, dan tujuan-tujuan birokrasi berperan secara bersama atau saling berfungsi secara optimal satu sama lainnya yang didukung oleh variabel teknologi, perkembangan lingkungan, kesempatan baik, kecakapan perorangan dan motivasi yang kuat.
Persyaratan utama mencapai keefektifan organisasi menurut Ewell dan Lisensky adalah dengan memahami cara-cara berbeda dimana sebuah organisasi bisa bersifat efektif. Karenanya, pemimpin organisasi tidak hanya mengidentifikasi dimensi-dimensi kritis performansi lembaga saja, tetapi juga memobilisasi organisasi kearah keefektifannya.
Slater dan Teddie mengemukakan bahwa keefektifan organisasi dibatasi oleh konteksnya, sehubungan dengan hal ini Creemers berpendapat bahwa model-model keefektifan sekolah terdiri dari tiga level yaitu sekolah, kelas, dan latar belakang siswa sebagai konteksnya. Ketiga unsur keefektifan tersebut dalam konteks sekolah adalah manajemen dan kepemimpinan pada level sekolah, kesiapan staf pengajar pada level kelas, dan kesiapan belajar serta hasil belajar pada level siswa.( Sergiovanni, T.J dan Starrat, R.J, Supervision Human Perspective (New York : McGraw Hill Book Company, 1983), hal 112)
Arti penting itu dihubungkan dengan tingkat keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tingkat produktifitas yang tinggi dan juga berkualitas. Edmonts dalam Ornstein dan Levine telah mengidentifikasi keefektifan sekolah sebagai berikut : (1) kepemimpinan yang kuat (strong leadership), (2) iklim hubungan manusia yang teratur (an ordery human climate), (3) pemantauan terhadap kemajuan siswa (frequent monitoring of student progress), (4) harapan yang tinggi bagi semua siswa (high expectation and requirements for all students), dan (5) fokus pengajaran harus pada siswa (focus on teaching important skill to all students).( World Bank Study, Indonesian Sugested Priorities for Education (Devisi Sumberdaya Manusia, 1997) hal.22)
Tipologi keefektifan sekolah menurut Salter dan Teddie adalah berfungsinya tiga factor utama yaitu : (1) ketetapan administrative, (2) kesiapan guru, dan (3) kesiapan siswa. Jadi sekolah yang tidak efektif dimana administrasinya tidak tepat, guru-guru tidak dipersiapkan belajar dengan baik. Sedangkan sekolah yang efektif sebaliknya, sekolah cenderung untuk maju atau mundur adalah merupakan gambaran dari keefektifan sekolah.( Gorton, R. A, School Administration, Challenge and Opportunity for Leadership (Iowa : Brown Company Publishers, 1976) hal. 54)
Pendekatan untuk Menjadikan Sekolah Lebih Efektif
Untuk memenuhi keefektifan organisasi secara umum ada empat pendekatan menurut Krakower, yaitu:
- keefektifan dipusatkan pada hasil (goal achievment),
- penekanan pada spesifikasi prosedur pengembangan organisasi yang konsisten secara aktual terhadap kebutuhan yang dikelolah administrator (management processes),
- menggambarkan proses internal dengan mempertegas hubungan antara personel organisasi (organizational climate), dan
- keserasian hubungan (environmental adaptation) di lingkungan organisasi maupun di luar berbagai organisasi.
Sedangkan Cameron mengemukakan ada empat pendekatan keefektifan organisasi, yaitu model : sistem sumber daya, proses internal, sistem terbuka, dan kepuasan partisipan. Pendekatan proses internal memusatkan pada proses pengelolaan, pengolahan informasi, dan pembuatan keputusan dalam organisasi yang semuanya merupakan pekerjaan manajerial. Tercapainya tujuan sekolah pada hakekatnya tergantung pada tingkat berfungsinya seluruh komponen organisasi secara optimal.
Penelitian tentang sekolah yang efektif menurut Moejiarto masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Dari ribuan proyek penelitian dan informasi berbagai problematika pendidikan menurut Ahmadi hampir 80 % berkisar sekitar permasalahan pengembangan kurikulum, kemasan bahan pelajaran, metode dan media pengajaran, pendidikan dan pelatihan guru, dan hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar (PBM). Sedangkan permasalahan struktural (manajemen kelembagaan pendidikan serta permasalahan fundasional, teori dan konsep yang melandasi upaya pendidikan) hampir belum mendapat sentuhan dan perhatian yang memadai. (Bappenas, School Based Management (Jakarta : Bappenas bekerjasama dengan Bank Dunia, 1999) hal. 9)
Oleh karena itu memang dapat difahami jika dampak dan kontribusi dari berbagai upaya inovasi pendidikan cenderung bersifat sporadic, piecemical dan incremental terhadap peningkatan kinerja sistem pendidikan.
Karakteristik Sekolah yang Efektif
Karakteristik keefektifan sekolah menurut Ornstein dan Levine adalah :
- lingkungan yang aman dan teratur yang mendukung proses belajar mengajar,
- misi dan komitmen kerjasama staf sekolah yang jelas,
- karakteristik kepemimpinan instruksional yang lugas oleh kepala sekolah,
- iklim yang mendukung bagi murid untuk mencapai ketrampilan yang tinggi,
- perencanaan dan pelaksanaan yang dapat memberikan hasil belajar siswa,
- melakukan pemantauan atas kemajuan belajar siswa dan memperbaiki instruksional, dan
- hubungan sekolah dan keluarga yang positif yaitu orang tua memainkan peranan yang penting mendukung misis dasar sekolah membantu pencapaian tujuan.
Organisasi yang efektif adalah organisasi yang di dalamnya terdapat kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan harapan dan kemampuan mencapai hasil yang diharapkan oleh sebuah lembaga. Ini berlaku untuk untuk semua oraganisasi termasuk lembaga sekolah. Khususnya lembaga sekolah untuk kemudian dikenal dengan istilah sekolah efektif.
Sekolah efektif memiliki karakteristik kepemimpinan instruksional (kepala sekolah) yang kuat, dedikasi atau performansi guru yang tinggi, melaksanakan kegiatan dan pengembangan akademik, pemantauan atas kemajuan belajar dan hasil siswa, dan hubungan sekolah dengan keluarga saling mendukung sehingga siswanya mencapai hasil belajar yang ditargetkan pada bidang kecakapan dasar dibuktikan dengan angka tes yang standar.
Adapun pemberdayaaan sekolah adalah segenap upaya yang dilakukan oleh seluruh komponen sekolah agar sekolah dapat diberdayakan melalui keefektifan, keunggulan, dan keberhasilan sekolah. Dikatakan efektif jika hasil belajar siswa mencapai hasil sesuai target yang sudah ditentukan lembaga. Disebut unggul karena memiliki standar akademik yang tinggi untuk semua mata pelajaran dibuktikan dengan hasil tes dengan prosedur yang benar, dan dikatakan berhasil manakala memiliki komitmen yang kuat terhadap tujuan, siswanya mampu berpen capaian dan mendemonstasikan kemampuan intelektualnya melalui tes yang standar, memiliki moral dan etika serta estetika yang tinggi.
Mengukur kualitas sekolah dapat digunakan tingkatan keefektifan, keunggulan, dan keberhasilan, untuk kemudian pada semua tingkatan tersebut dapat ditentukan standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan.