Terjadinya Perang Dunia Pertama Pada Awal Abad 20

Perang Dunia Pertama merupakan penanda konflik besar pertama berskala internasional di abad kedua puluh. Hampir sepuluh juta serdadu meninggal akibat peperangan ini. Jumlah itu jauh melampaui jumlah total kematian militer pada semua perang dalam seratus tahun sebelumnya yang pernah terjadi.

Perang Dunia Pertama adalah perang besar-besaran yang terjadi di wilayah Eropa. Perang dunia ini juga dinamakan The Great War, War of the Nations, dan War to End All Wars (Perang untuk Mengakhiri Semua Perang) adalah sebuah konflik dunia yang dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 dan berakhir pada tanggal 11 November 1918, yang berawal dari Semenanjung Balkan.

Perang Dunia Pertama Pada Awal Abad 20

Penyebab Perang Dunia I

Perang Dunia I terjadi ketika terjadi pembunuhan Archduke Franz Ferdinand, pewaris mahkota Austro-Hungaria, dan istrinya, Archduchess Sophie, di Sarajevo pada tanggal 28 Juni 1914.

Pelaku pembunuhannya adalah seorang teroris muda bernama Gavrilo Princip, yang merupakan anggota dari sebuah serikat nasionalis rahasia Serbia, yang disebut Union atau Maut (lebih dikenal secara populer sebagai Tangan Hitam).

Ini merupakan penanda yang menjadi pencetus permusuhan di negara-negara Eropa, yang dimulai pada Agustus 1914, dan berlanjut di beberapa front selama empat tahun berikutnya.

Triple Alliance Dan Triple Entente Dalam Perang Dunia I

Selama Perang Dunia Pertama, triple entente yang beranggotakan Inggris, Prancis, Serbia, dan kekaisaran Rusia (belakangan juga bergabung Italia, Yunani, Portugal, Rumania, dan Amerika Serikat) – berperang melawan triple alliance beranggotakan Jerman Austria-Hungaria, Turki Ottoman, dan Bulgaria.

Perang Parit Menemui Kebuntuan

Antusiasme awal semua pihak untuk meraih kemenangan cepat dan mutlak meredup saat perang tersebut menemui jalan buntu karena pertempuran yang memakan biaya tinggi dan peperangan sistem parit, terutama di Front Barat.

Sistem parit dan benteng di barat yang terpanjang mencapai sekitar 475 mil, kira-kira dari Laut Utara ke perbatasan Swiss, dan demikianlah perang bagi sebagian besar pejuang Amerika Utara dan Eropa Barat

Perang Dunia Pertama

Luasnya bentang alam Front Timur mencegah peperangan parit skala besar, tapi skala konfliknya sama dengan yang di Front Barat.

Pertempuran besar-besaran juga terjadi di Italia Utara, di Balkan, dan di Turki Ottoman. Pertempuran terjadi di laut dan, untuk pertama kalinya, terjadi di udara.

Bergabungnya Amerika Serikat Dalam Perang Dunia I

Suatu perubahan menentukan dalam pertempuran tersebut terjadi pada bulan April di tahun 1917 ketika kebijakan perang kapal selam Jerman yang tidak terkontrol mendorong Amerika Serikat keluar dari kebijakan tertutupnya dan terjun ke dalam tengah konflik.

Pasukan dan bahan baru dari American Expeditionary Force (AEF) di bawah kepemimpinan Jenderal John J. Pershing, ditambah dengan blokade yang semakin ketat terhadap pelabuhan Jerman, akhirnya membantu menggeser kondisi perang sehingga menguntungkan Blok Entente.

Revolusi Rusia dan Bergabungnya di Blok Entente

Pada Februari tahun 1917, pengelolaan perang yang jelek oleh pemerintah Kekaisaran Tsar Rusia telah menyebabkan timbulnya pemberontakan yang meluas dalam Revolusi Februari. Revolusi ini memaksa Tsar Nicholas II turun dari takhta dan dibentuknya fraksi liberal dan sosialis dari Pemerintahan Sementara saat kepemimpinan partai Revolusioner Sosialis Alexander Kerensky.

Masuknya Rusia Dalam Perang Dunia Pertama

Pada 24-25 Oktober 1917, pasukan Bolshevik (tokoh sosialis sayap kiri) di bawah pimpinan Vladimir Lenin menyita bangunan pemerintah utama dan menggempur gedung Winter Palace, pusat pemerintahan baru di ibukota Petrograd (sekarang St. Petersburg), Rusia.

“Revolusi Raya Oktober Sosialis,” kudeta Marxis pertama yang sukses dalam sejarah, mencopot Pemerintahan Sementara yang lemah, dan akhirnya membentuk Republik Sosialis Soviet di bawah kepemimpinan Lenin.

Reformasi sosial, politik, ekonomi dan agraria yang besar-besaran dari negara Soviet baru pada tahun-tahun setelah perang dan ini sangat mengkhawatirkan pemerintahan demokratis Barat.

Namun, dampak langsung dari Revolusi Rusia di panggung Eropa adalah perang sipil yang brutal dan berlarut-larut di daratan Rusia (1917-1922) dan keputusan pimpinan Bolshevik baru untuk mengadakan perjanjian damai terpisah dengan Kaiser Jerman.

Ketika negosiasi gagal terkait permintaan Jerman, angkatan darat Jerman melancarkan serangan besar-besaran di Front Timur, sehingga menghasilkan perjanjian damai di Brest-Litovsk pada 6 Maret 1918.

Kemenangan Blok Entente, Kekalahan Blok Sentral

Meskipun Jerman berhasil mengalahkan Bolshevik Rusia pada perang di pengujung musim dingin 1918, dan mencapai gerbang Paris selama musim panas, angkatan darat Entente memukul mundur angkatan darat Jerman di Sungai Marne. Mereka terus maju menuju kemenangan ke garis pertahanan Jerman di Front Barat pada bulan-bulan di musim panas dan musim gugur tahun 1918 (“Serangan Seratus Hari”).

Blok Sentral pun mulai menyerah, mulai dari Bulgaria dan kesultanan Ottoman, masing-masingnya pada September and Oktober. Pada 3 November, pasukan Austro-Hungaria menandatangani perjanjian gencatan senjata di dekat Padua, Italia.

Di Jerman, pemberontakan para pelaut angkatan laut di Kiel memicu pemberontakan yang meluas di kota-kota pesisir Jerman, dan di area-area kota utama di Hannover, Frankfurt, dan Munich.

Badan pekerja dan serdadu, berdasarkan model dari Soviet, mencetuskan apa yang dinamakan “revolusi Jerman”; “republik dewan” (Räterrepublik) pertama dibentuk di bawah pemerintahan Sosial Demokrat Merdeka (USPD) Kurt Eisner di Bavaria.

Partai Sosial Demokrat (SPD) Jerman yang kuat di masa pemerintahan Friedrich Ebert memandang dewan yang baru didirikan tersebut sebagai unsur yang menimbulkan instabilitas, dan sebagai gantinya mendukung tuntutan opini yang meluas di Jerman untuk reformasi parlemen dan untuk perdamaian.

Kekalahan Negara-Negara Blok Sentral

Pada 9 November 1918, di tengah-tengah kerusuhan yang meluas dan karena ditinggalkan oleh para panglima Angkatan Darat Jerman, Kaisar (Kaiser) William II turun dari takhta Jerman. Pada hari yang sama, delegasi SPD Philipp Scheidemann memproklamasikan Jerman sebagai sebuah republik, dengan pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Friedrich Ebert.

Dua hari kemudian, wakil Jerman yang dipimpin oleh wakil Partai Pusat Katolik (Zentrum) Matthias Erzberger, mengadakan pertemuan dengan delegasi dari blok pemenang Entente di bawah pimpinan Marsekal Lapangan Prancis Ferdinand Foch, jenderal panglima dari blok Entente, dalam sebuah gerbong di Hutan Compiègne dan menerima ketentuan gencatan senjata.

Pukul 11:00 pagi, 11 November (11/11), 1918, pertempuran di Front Barat berhenti. “The Great War” (Perang Besar) sebagaimana yang disebut oleh orang-orang pada masa itu, telah selesai, namun dampak yang sangat luas dari konflik tersebut di lingkup internasional, politik, ekonomi, dan sosial terus terasa sampai belasan tahun mendatang.

Kekalahan Selama Perang Dunia I

Perang Dunia I merupakan salah satu dari perang paling merusak dalam sejarah modern. Hampir sepuluh juta serdadu tewas dalam pertempuran, suatu jumlah yang jauh melampaui kematian militer di seluruh perang pada seratus tahun sebelumnya. Kendati jumlah statistik korban yang akurat sulit untuk ditentukan, diestimasi 21 juta laki-laki terluka dalam pertempuran.

Kerugian besar yang ditanggung semua pihak yang terlibat konflik sebagiannya diakibatkan oleh dikenalkannya senjata baru, seperti senapan mesin dan perang gas beracun, serta kegagalan pimpinan militer untuk menyesuaikan taktik mereka dengan sifat peperangan yang semakin termekanisasi. Kebijakan atrisi, khususnya di Front Barat, memakan korban ratusan ribu jiwa serdadu.

Pada 1 Juli 1916, sebuah tanggal dengan jumlah korban jiwa terbesar dalam satu hari, Angkatan Darat Inggris di Somme saja menderita lebih dari 57.000 korban. Jerman dan Rusia menderita jumlah kematian militer tertinggi: estimasi masing-masingnya adalah 1.773.700 dan 1.700.000. Prancis kehilangan enam belas persen dari pasukan yang dikerahkannya, jumlah kematian tertinggi terkait dengan pasukan yang dikerahkan.

Tidak ada badan resmi yang melakukan penghitungan secara saksama atas kematian warga sipil selama tahun-tahun perang, tapi para ahli mengatakan bahwa sebanyak 13.000.000 bukan militer tewas sebagai akibat langsung atau pun tidak langsung dari pertempuran.

Jumlah kematian penduduk sipil maupun anggoa militer melesat pada akhir perang dengan berjangkitnya “Flu Spanyol,” epidemik influenza paling mematikan dalam sejarah. Jutaan orang tergusur atau menjadi pengungsi di Eropa dan Asia Kecil akibat konflik tersebut. Kerugian harta-benda dan industri sangat besar, terutama di Prancis dan Belgia, di mana pertempuran terparah terjadi.