Macam-macam pendekatan sistem belajar mengajar
1. Ekspository Learning
Pendekatan ini dilatar belakangi anggapan terhadap siswa bahwa mereka masih kosong dengan ilmu.
Pendekatan ini sangat cocok diterapkan pada materi baru yang mereka masih dangkal dengan materi yang diajarkan. Dalam pendekatan ini guru berfungsi sebagai desainer dan sebagai aktor. Guru juga menyajikan materi ajar dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernakannya secara tertib dan teratur. Prosedur pendekatan Ekspository Learning adalah: Preparasi(bahan ajar), apersepsi(mengalihkan perhatian anak),Presentasi(memberi ceramah atau memberi bacaan kepada siswa dari buku teks atau ditulis sendiri), Resitasi( guru bertanya kembali atau anak disuruh membuat kesimpulan sendiri.
2. Enquiry learning
Enquary learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Guru menyajikan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi anak diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan tehnik pendekatan pemecahan masalah. Dalam pendekatan ini guru berfungsi sebagai supervisor, facilitator, mediator, dan komentator. Hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran ini dapat menimbulkan motivasi instrinsik. Prosedur pendekatan Enquiry Learning adalah: simulation(guru bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan), Problem statement(anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis), Data Collection(untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesisis ini anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasiyang relevan, membaca literature, mengatur objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba, dsb. Data Processing(semua informasi atau data diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, perlu dihitung dengan cara tertentu.
Pembuatan kesimpulan.
3. Mastery Learning
Belajar tuntas diangkat dari pengertian tentang apa yang disebut dengan situasi belajar. Dalam situasi
belajar terdapat aneka macam kecepatan individu sebagai peserta belajar( baik murid, maupun siswa)ada siswa yang cepat dalam menerima materi dan ada yang lambat. Model belajar tuntas dapat digunakan dengan baik apabila tujuan pengajaran termasuk ranah kognitif dan psikomotor. Pencapaian ranah afektif tidak sesuai menggunakan model belajar tuntas karena kejelasan (ketuntasan) keterukurannya sukar sekali. Sebaliknya ranah kognitif dan psikomotor memiliki batasan ketuntasan yang lebih jelas dan mudah dirumuskan menjadi objek yang dapat dikuantifikasi.
Fase fase model belajar tuntas:
- Fase orientasi( menyusun kerangka dasar pelajaran,perumusan apa yang ingin dicapai, penjelasan perincian tugas-tugas murid-murid dan menjadi tanggung jawab murid).
- Fase penyajian atau persentasi. Guru menjelakan konsep-konsep baru dan ketrampilan melalui demontrasi dan dibantu dengan berbagai usaha visual.
- Fase penstrukturan latihan prakteknya. Guru memperlihatkan pada murid contoh mempraktekkan sesuatu antara lain dengan bantuan visual, seperti penggunaan transparan OHP. Latihan seperti ini berifat komunal( kelompok)
- Fase praktek terbimbing. Guru berada disekitar murid ketika murid mempraktekkan dengan caranya sendiri. Guru menilai penampilan mereka dan memonitor penampilan mereka. Guru boleh memuji, menganjurkan dan meninggalkan.
- Fase praktek bebas. Fase terakhir ini baru dapat diberikan pada murid apabila murid telah mencapai 85% -95% penguasaan akurasi kemampuan dalam fase keempat, praktek yang dilakukan murid dalam fase ini adalah praktek menurut cara mereka sendiri tanpa bantuan guru dan dengan memperlambat umpan balik.